Selamat jalan bang Mochtar Pabottingi. Saya mengenal abang sebagai orang yang baik, karena itu saya yakin semua juga berakhir dengan baik (husnul khatimah).

Mengenang pertemuan pertama kita di East-West Center, University of Hawaii pada musim panas 1985. Karena abang kandung saya Ridwan Malik juga kuliah di Hawaii pada tahun2 yang sama, maka sejak itu abang mengingat saya sebagai adiknya Ridwan. Padahal pertemuan2 kita selanjutnya malahan lebih sering daripada pertemuan abang dengan Ridwan.

Abang datang ke rumah kami di perumahan Hasbrouck ketika abang melakukan penelitian di perpustakaan Cornell pada 1986. Ketika itu abang sudah kritis terhadap aliran “Cornell” yang menurut abang, meminjam Edward Said, orientalis. Tentu saja sebagai murid George Kahin dan Ben Anderson saya membela mereka, walaupun saya tak tahu persis dimana kritik abang terhadap pemikiran mereka ketika itu. Abang bilang hal itu akan dituliskan dalam disertasi abang, yang sayangnya sampai saat ini belum sempat saya baca. Kabarnya, ini adalah upaya abang terakhir sebelum menutup mata. Menerjemahkan disertasi itu ke Bahasa Indonesia agar dapat dibaca oleh anak2 muda Indonesia.

Ketika buku terjemahan Imagined Communities diterbitkan pada tahun 2000, saya meminta abang menanggapi buku itu dalam satu diskusi dengan bung Daniel Dhakidae di Jakarta. Sayang sekali saya malahan tak sempat hadir dalam diskusi itu. Kawan2 yang hadir mengatakan diskusi itu sangat seru karena mewakili dua aliran pemikiran mengenai asal-usul nasionalisme.

Percakapan terakhir kita berlangsung di Gedung Tempo dalam diskusi memperingati kematian Ben Anderson pada 2016. Dalam pertemuan itu abang juga mengkritisi pemikiran Ben. Namun ketika ada satu anak muda yang dengan bersemangat mengkritik Ben, abang memotong dan bertanya apakah dia sudah membaca karya2 Ben? Ketika anak muda itu tergagap dan berkata belum, abang dengan lugas mengatakan “jangan pernah mengkritik sebelum memahami karya orang yang dikritik!” Satu pernyataan yang sering saya kutip dalam banyak pertemuan.

Kita mungkin pernah bertemu beberapa kali dalam berbagai acara LIPI setelah tahun 2016. Namun kita tak pernah punya waktu bercakap-cakap sampai saya dengar abang pergi dengan tenang pagi ini. Salam saya untuk bung Daniel dan om Ben bila abang menemui mereka di sana. Saya yakin.kalian akan melanjutkan diskusi yang belum selesai di dunia fana ini.