Innalillahi wa innailaihi rojiuun. Sungguh terkejut mendengar kabar Eppi Pribudhi Soeriawidjaja sahabat saya di SMP 13 dan SMA 3 Bandung meninggal sore ini. Kabarnya karena serangan jantung.
Kami baru saja reuni SMP di rumah Eppi yang asri di Jakarta Selatan bulan Oktober lalu. Siang itu kami masih berbicara mengenai rencana Ulang Tahun Emas (Golden Reunion) Angkatan 73 SMA 3 Bandung yang akan diadakan tahun ini. Eppi adalah ketua Ikatan Alumni Angkatan 1973 SMA 3 Bandung (ASTUTI).
Tak pernah menyangka itu adalah pertemuan kami yang terakhir.
Eppi dan saya tinggal di daerah Buahbatu di selatan Bandung. Kompleks perumahan kami bertetangga. Eppi tinggal di.kompleks PDK, sedangkan saya tinggal di kompleks Gubernuran. Kami sama2 anak guru. Eppi sejak kecil rajin belajar, dan sering jadi teladan. Berbeda jauh dengan saya yang punya reputasi sebagai “jagoan bolos” baik di SMP maupun di SMA.
Ketika SMA, kami sama-sama mengambil kegiatan ekstra kurikuler pencak silat dibawah asuhan kang Tosin guru besar perguruan Bandar Karima. Karena kami berdua adalah murid yang bertubuh paling kecil, dalam pertarungan saya selalu “diadu” dengan Eppi. Saya hampir selalu kalah dari Eppi, dan pulang latihan dengan badan biru2 penuh lebam bekas pukulan Eppi. Tapi kami tetap bersahabat, dan pulang bersama karena rumah kami searah.
Eppi kemudian melanjutkan sekolah ke Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, dan berkarir dalam bidang pembangunan perumahan (real estate). Ia juga tetap menekuni pencak silat sampai tahapan yang tertinggi di Perguruan Silat Merpati Putih. Ini adalah perguruan silat yang murid2nya sebagian besar anggota pasukan khusus tentara Indonesia.
Ajal memang misteri yang tak pernah kita pahami. Kita semua berada dalam antrian. Selamat jalan Eppi, doaku agar dilapangkan kuburmu, diterima amal ibadahmu, dan diampuni segala dosamu. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan kesabaran. Aamiin.