Karena iklan saya sebagai perendang (sebetulnya hanya pendendang) kopi selama 39 tahun, seorang perendang sesungguhnya mengirim kopi organik dari Gayolues.
Mas Sarija Prayitno adalah teman lama yang mengajari saya mengenai lika-liku pertanian organik di dekade 90an akhir. Melalui mas Sarija saya belajar mengenai kearifan para petani di kaki gunung Merapi. Kemudian kami sama-sama menggalang sumberdaya dan membangun ketangguhan (resiliensi) masyarakat terhadap bencana melalui Merapi Resilience Consortium (MRC) setelah letusan gunung Merapi tahun 2010. Beberapa tahun lalu tetiba mas Sarija sibuk berbagi pengalamannya di kabupaten Malinau di propinsi Kalimantan Utara. Dia membanggakan upaya masyarakat di sana melakukan konservasi air. Beberapa kali kami berjanji bertemu di Malinau, tapi tak pernah terlaksana.
Tadi siang, tanpa hujan dan angin, sekantong kopi Gayolues diantarkan Gojek ke rumah saya. Mas Sarija ternyata punya mainan baru: Kedai Kopi Gayolues di utara Jogja. Saya pujikan bila teman-teman berada di Jogja singgah ke sana dan mencoba racikan mas Sarija dan teman-temannya. Alamatnya di Perumahan Griya Nusa Permai no. 12, Trihanggo, Gamping, Sleman.
By the way, kopi Gayolues kiriman mas Sarija sudah saya cicipi sore ini. Rasanya betul-betul nendang. Ditanam di atas 1300 mdpl, kopi ini terasa tebal di lidah dengan aroma tanah yang segar. Sayup-sayup terasa ada rasa tembakau di sana. Atau, itukah rasa daun bertangkai lima yang kerap dipakai bumbu masak di Aceh? Ah, saya ternyata memang hanya pendendang kopi, bukan seorang ahli pemeringkat kopi!