Menjelang magrib WA keluarga MMers, WA group mantan penghuni kompleks gubernuran berdenting. Tertulis: “Kabar duka cita: Telah berpulang ke rahmatullah adik kami Antonius Maramin Siahaan sore ini karena serangan jantung. …” Saya tak sanggup lagi menyelesaikan pesan dari bang Djodjor itu. Dunia terasa gelap. Hati saya sedih luar biasa.
Anton bukan saja tetangga yang kebetulan seumur dengan saya. Ia sudah seperti saudara kandung. Bahkan mungkin lebih dari saudara kandung. Kami tumbuh bersama di kompleks perumahan milik pemerintah di Bandung Selatan. Kami pergi ke sekolah yang sama. Kami pernah makan satu piring, minum satu gelas, dan tidur di kasur yang sama. Lebih dari itu, di puncak kenakalan kami, kami pernah balapan kencing sambil berlari mulai dari rumah om Kahirman sampai dengan rumah om Warokka, dua ujung jalan Mutu Manikam, menjelang tengah malam.
Kami berbagi semua rahasia kami, dosa-dosa kecil dan besar yang kami perbuat. Kami saling curhat mengenai soal asmara, gadis-gadis yang kami taksir di sekolah atau di kompleks. Sebagian besar dari gadis-gadis itu tentu saja tak pernah tahu kami taksir. Kami saling meminta nasihat untuk penyelesaian konflik kami dengan orang tua, saudara sekandung atau pacar. Seingat saya, saya tak pernah berkelahi atau berbeda pendapat dengan Anton seumur perkenalan kami. Lebih dari 60 tahun, masa yang tidak sebentar.
Selamat jalan Anton, kita sama-sama tahu surga kita sama, terlepas dari apa yang dikatakan orang di dunia ini. Sampai jumpa!