Pertengahan bulan Agustus 1984. Saya terbang sendirian dari Washington DC ke Ithaca. Berpisah dengan teman-teman peserta kelas khusus Bahasa Inggeris untuk penutur asing di American Language Institute Georgetown University (ALIGU). Kami adalah angkatan pertama dari program beasiswa BKKBN-USAID. Saya satu-satunya peserta dari CSO. Yang lainnya pegawai negeri, atau dosen Universitas negeri.

Georgetown University, 1984.

Beberapa teman satu angkatan yang saya ingat antara lain Prof. Amal Syaaf, Prof. Anhari dan isterinya Prof. Endang (ketiganya dari UI), Prof. Muhadjir Darwin (UGM), Dr. Sugiri Syarief dan Dr. Sudibyo Alimuso (keduanya dari BKKBN), Dr. Satwiko dan Dr. Sihar Tobing (keduanya dari BPS), dr. Kapti Adiningsih (Depkes), dr. Kiki Kilapong (TNI-AD, terakhir Direktur RS Veteran Bintaro dan pensiun dengan pangkat Brigjen). Beberapa teman lain dari FKM UI, Departemen Kesehatan, dan tentu saja BKKBN.

Kami tersebar di beberapa universitas. Sebagian besar pergi ke School of Public Health di John Hopkins University di Baltimore, dan School of Public Policy di University of Southern California (USC) di Los Angeles. Seingat saya hanya Tizi (di School of Public Health, Harvard University) dan saya yang pergi ke Pantai Timur.

Ketika tiba di Ithaca, saya hanya kenal dengan Ann Hawkins, mahasiswa pasca sarjana di departemen Sosiologi Pedesaan. Ann mantan koordinator Volunteer in Asia (VIA) di Jakarta. Ann sedang berlibur musim panas, tapi melalui percakapan telepon dia menunjukkan di mana saya bisa dapatkan kunci rumahnya. Ann dan teman-temannya menyewa sebuah rumah di Thurston Avenue di Utara Kampus. Saat itu rumahnya kosong karena kampus sedang liburan musim panas. Perkuliahan baru dimulai pada bulan September. Beruntung calon supervisor thesis saya, Prof. Roy Colle dari Departemen Komunikasi bersedia menjemput saya ke bandara, dan mengantarkan ke rumah Ann. Roy juga sangat membantu dalam adaptasi saya dari kehidupan aktivis Ornop di Indonesia, ke kehidupan akademis di Amerika Serikat.

Danau Cayuga dilihat dari kampus Universitas Cornell. Musim gugur adalah waktu yang paling cantik di Ithaca.

Malam itu saya tidur sendirian di rumah kayu tua. Saat itu North Campus masih sepi dan banyak pohon-pohon besar. Di dekat rumah Ann itu terletak jembatan di atas jurang (namanya Falls Creek karena dekat air terjun), tempat bunuh diri pilihan bagi mahasiswa Cornell yang putus asa. Tingkat bunuh diri mahasiswa Cornell termasuk yang paling tinggi di Amerika Serikat ketika itu. Salah satu sebab, kabarnya, karena situasi kampus yang dibatasi oleh 2 sungai kecil yang berjurang dalam: Cascadilla Creek di selatan kampus, dan Falls Creek di utara kampus.

Foto pertama di Cornell University 1984. Kalau tak salah foto ini diambil oleh Romo Budi Susanto.

Saya berhasil melewati malam pertama di Ithaca dengan selamat. Esoknya saya hubungi kontak saya yang lain: Romo Budi Susanto SJ, mahasiswa pasca sarjana di departemen Antropologi. Saat itu kami belum pernah bertemu. Tapi dia teman Peter Nelwan sahabat saya di Bandung, dan Wilarsa Budiharga rekan kerja saya di Jakarta. Melalui Romo Budi, saya memanggilnya Santo, saya berkenalan dengan dua orang selebritas warga Indonesia di Ithaca: Amrih Widodo dan Marthen Ndoen. Mereka berdua adalah mahasiswa pasca sarjana yang juga mengajar Bahasa Indonesia di Universitas Cornell. Amrih dan Marthen akan menjadi support system yang penting bagi saya dan keluarga yang datang menyusul setahun kemudian. Dengan bantuan mereka, saya dapat segera menemukan tempat tinggal yang cocok di 516 Stewart Avenue. Dekat dari kampus, tapi tidak terlalu gaduh seperti di Collegetown. Yang paling penting Toyota tua milik Marthen dan VW kodok milik Amrih bisa setiap saat dipinjam untuk belanja bulanan, atau rekreasi keluarga😊

Amrih adalah lingkaran dalam, beberapa teman mengatakan murid kesayangan, Ben Anderson yang ketika itu menjadi Direktur Program Asia Tenggara di Universitas Cornell. Atas bantuan Amrih dan Ben, isteri dan anak saya mendapat subsidi berupa asuransi kesehatan dari program Asia Tenggara. Bisa dibayangkan, tanpa asuransi, biaya kesehatan di Amerika Serikat tak mungkin dapat dipenuhi oleh beasiswa saya yang pas-pasan. Selain itu, saya juga mendapat pekerjaan turunan yang menjadi “monopoli” mahasiswa Indonesia: jadi pekerja paruh waktu di perpustakaan Olin.

Mahasiswa Indonesia lainnya yang tiba di Cornell pada tahun 1984 adalah bung Daniel Dhakidae dari Kompas, Kamala Soedjatmoko yang baru menyelesaikan S-1 di Sophia University di Tokyo, Prof. PM Laksono dari UGM, dan Prof. Timoticin Kwanda dari Universitas Petra Surabaya. Prof. Fasli Jalal dari Universitas Andalas (sekarang di Universitas NegeriJakarta) dan Dr. Sjaichu Usman dari Universitas Sriwijaya (kemudian aktif di SMERU) bergabung setahun kemudian.

Reuni Reni dan Amrih setelah tak bertemu selama 29 tahun. Hotel Ambarukmo, 25 Desember 2015.

Amrih dan saya sempat putus hubungan setelah saya meninggalkan Ithaca pada tahun 1986. Akan tetapi facebook menghubungkan kami kembali 11 tahun yang lalu. Terima kasih Mark Zuckenberg yang telah menemukan aplikasi ini. Mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat! 😊

(Pernah dimuat di Facebook, 6 Januari 2019).